Penyangkalan

Kata yang bunyinya bagus. Tapi, maknanya, berdampak sangat negatif bukan saja bagi kita sendiri …melainkan bisa berdampak sangat negatif bagi banyak pihak …

Penyangkalan adalah terjemahan dari denial. Sounds familiar dalam kehidupanku sebagai psikolog, dan, sebagai ibu dari anak autistik yang beranjak dewasa.

Jangan salah. Aku pun pernah denial. Ah, masa sih. Enggak ah. Bisa, koookkk… Demikian seterusnya. Tapi itu tidak berlangsung terlalu lama, mengingat buktinya kan kasat mata. Bukti apa? Bukti bahwa kasus ‘kebutuhan khusus’ itu tidak bisa dihilangkan dari kehidupan kita sebagai keluarga, bukti bahwa, apapun kebutuhan khususnya, tapi penanganan adalah kunci kemajuan bagi si individu.

Kasus penyangkalan, banyak kutemui lagi akhir-akhir ini.

Teman lama, datang, dengan anaknya yang sudah 4 tahun. Bahasa planet, tidak bisa diam, tidak bisa adaptasi, menjerit-jerit ketika keinginan tidak terpenuhi, pakai pampers setiap saat. Belum bisa bicara kecuali kata-kata tertentu dalam bahasa Inggris. Yang menarik, si bapak, ketika mencari aku, sama sekali tidak bilang kalau anaknya sudah dapat diagnosa “gejala autis” pada saat berusia 2 tahun. Aku tahunya dari si ibu, yang sudah nyaris menangis karena bingung berhadapan dengan si bapak yang lumayan keras kepala dengan pendapatnya sendiri itu… Yang lebih menarik lagi, si bapak, semangat banget minta ketemu aku, HELP ME gitu katanya. Tapi datang terlambat, tidak bawa formulir yang aku minta print dan isi, lalu sesudah pertemuan, lenyap bagai ditelan bumi…

Lalu, sesudah banyak kasus-kasus lain di antaranya, kutemui lagi, kasus denial mantap. Anaknya sih sudah S1. Dari universitas terkemuka. Bisa kemana-mana sendiri. Tapi ketika aku temukan sendiri kecenderungan individu itu untuk kebingungan sendiri, atau, bekerja sangat lambat karena pikirannya ke hal lain, atau, tidak berkomunikasi dengan baik, atau, menjalankan isi kepalanya tanpa peduli pada instruksi yang diberikan kepadanya …. tentu saja, tidak bisa dianggap ‘siap bekerja’ dong. Padahal, individu ini, katanya sudah pernah kerja di beberapa tempat sebelum akhirnya minta kesempatan untuk bergabung di tempatku sebagai volunteer. sekedar kesibukan lah gitu. Yang menarik, ketika kejadian-kejadian dilaporkan kepada keluarganya agar dapat dicarikan solusi demi perbaikan, tanggapannya ya tidak terlalu positif. Bahkan, seperti yang menyangkal bahwa ada masalah… Nadanya ketus, pula.

Ya sudah lah, hadirin.

Gak percaya ya sudah. Tapi ya aku juga menolak dong, dilibatkan dalam kerumitan penyangkalan seperti itu… Malesin banget, kan ya. Lha wong kasat mata kok faktanya. Lha wong situ yang minta bantuan aku. Giliran dibantuin, kok yaaaaa … geto deeehhh….

Silakan menyangkal lah.

Bersama Lebih Baik (6)

Persiapan dimulai di hari Sabtu 26 Januari 2019. Alhamdulillah, cuaca bagus. Alhamdulillah guru semua bisa bantu, kecuali satu yang rumahnya jauh banget dan fisiknya gak kuat-kuat amat. Alhamdulillah aku sehat. Alhamdulillah semua rencana pengadaan bisa berjalan seperti yang direncanakan..

 

Hari H, Minggu 27 Januari 2019.

Tetamu datang ….sesuai pengaturan. Aku sengaja kirim Blue Bird Taxi untuk jemput nenek-atoknya nun jauh di Cireundeu sana. Sempat ada kekacauan karena supirnya supir baru 3 minggu bergabung, tapi alhamdulillah bisa beres. Ayahnya, datang meski persis acara sudah kelar. Kakakku dari Bandung datang, tante ku (adiknya Mamah) dan sepupuku yang pelukis juga datang.

Teman-teman SMA, teman-teman kuliah, datang. Terutama, mereka yang sudah pernah beli lukisan Ikhsan.

Luar biasa. Dari 35 lukisan Ikhsan yang dibawa, satu diberikan sebagai hadiah kepada pihak JIEP, dan 9 dibawa pulang. Selebihnya? Dibawa pulang oleh para pembeli !

Acara anak-anak berlangsung seperti yang diharapkan. Acara line-dancer berlangsung kacau tapi kita semua hepi-hepi weh. Makanan berlimpah, bahkan sampai dibagi-bagi. Pembukaan berlangsung lancar, meski pihak PMJ berharap ada walikota datang dan ternyata tidak datang … kami sih baik-baik saja.

Banyak yang bilang, acaranya lancar. Alhamdulillah, meski ada saja anak-anak yang muntah atau marah-marah, tapi hampir semua bisa beradaptasi dan bersenang-senang di ruangan yang luas dan dingin. Kid’s corner, sukses.

Bikin lagi?

Ya eya laaaahh……  Bikin acara terus banyak yang suka, mosok gak diulang??

Bersama Lebih Baik (5)

Detil. Iya, aku menghargai semua orang, maka aku merasa harus memberikan yang terbaik.

  1. Lukisan. Displaynya gimana, pak? Lalu diskusi panjang lebar tentang pengadaan display. Ada yang bilang, sewa aja biar gampang. Tapi justru buat aku, gak gampang. Bukan saja harganya mahal, tapi jenis yang tersedia, gitu-gitu saja. Belum lagi, pemasangan lumayan ribet sehingga menyulitkan bapak… Maka, diputuskan lah. Bikin. Disainnya begini dan begitu. Disimpen nanti di anu.
  2. Lukisan. Yang mana aja? Lalu, sistemnya gimana? Dipasangin judul, ukuran. Lalu kalau tertarik, ambil kartunya kasih ke panitia. Dan segera ditulisi SOLD. Dan, bisa dibawa kalau sudah transfer. Tidak ada pembagian hasil. Semua untuk para pelukis (biar orangtuanya yang atur).
  3. Lukisan. Bagaimana lay-out pengaturannya? Ini sampai H minus 3 masih dibahas terus …..
  4. Meja produk, siapa saja yang diajak? Makanan, Arin. Dia juga ada minuman. Pernak-pernik, meja RBT ada. Kalung-gelang, tasbih, gantungan kunci, buku tulisan ku. Kartu ucapan. Pernak-pernik lain, ada di meja Ruben. Lalu ada yang jual buku tulisannya, Fairuz. Apa lagi? Oh, tanya anak autis yang di Yogya, yang sudah menjahit selimut serta aneka pouch dan tas. Lalu, teringat. Ada remaja autis yang sudah bisa bikin jus. Colek mama-nya. Setuju. Wuyh, keren. Dan si mama, share flyers nya di Facebook… sehingga ada mama lain yang lihat, dan minta izin supaya anaknya ikutan jualan produk keringan bikinan mamanya.. Hm. Berapa meja jadinya? Oh, empat. Cukup lah. Sip. Done.
  5. Acara hiburan. Ada dewasa autis yang biasa main keyboard. Colek papanya. Teman baik sejak dekade lalu, sering sama-sama gawe bikin acara autisme. Mau. Alhamdulillah… Sip. Eh, begitu flyers dipajang di Instagram, ada mama yang like dan aku tahu, anaknya jago main keyboard, gitar, dan saxophone. Mama bilang, boleh gak isi acara. Wuyh, ya boleh lah yaw… Tetiba, si mama beberapa hari kemudian bilang, gak jadi main sendiri dengan iringan minus one. Oh. Yakh. Gak jadi? Iya, gak jadi main sendiri. Main berdua aja, bentuknya Duo Saxophone. Oalah makin keren dong… Deal.
  6. Acara ulang tahun ikhsan… Hm… Gimana ya supaya gak ‘wagu’ tetiba kue keluar.. Oh colek grup teman yang biasa menari bareng line-dancing, dari grup kuliah “mau nari bareng, santai, di acara pameran ikhsan yang sekalian ulang tahun dia gak”. Mau. Wuyh keren. Pada saat yang sama juga tanya grup satunya, yang adalah teman kuliah. Jawabannya, MAU juga. Wuyh. Mantap… Cari-cari lagu dengan gerakan … cari tanggal latihan … merancang kostum … mendata ini itu … Ketemuan untuk latihan … bikin video tutorial, kirim ke mereka .. Kirim kostum ke mereka yang mau pakai … Done.
  7. Acara anak-anak. Aduh. Kemampuan mereka sangat beragam. Ya sudah. Yang semua bisa: nari sharks (semua balita jadi ikan hiu, berenang-renang kesana kemari) dan senam pinguin (semua anak plus remaja, menari-nari seperti pinguin… jadi kalau ada yang diam saja ya gak papa… hahaa). Sip. Eh, tapi ada yang sudah bisa baca puisi lho. Baiklah, aku buatkan puisi. Singkat. Mudah dibaca. Ada yang bisa menyanyi lho. Aduh. Lagunya apa … Cari lagi. Dibuat. Latihan dua kali saja. Ya sudah lah…
  8. Kostum untuk acara anak-anak. Apa kostumnya? Mati, deh.. Hiu. Pakai apa? Ah, nemu, topi dikasih gigi dan mata … Topi apa? Topi yang ada aja. Dibuka semua logo RBT yang sudah dijahit (sigh) lalu dijahitkan mata dan ditempeli gigi. Biar aja warna-warni, tapi bajunya semua pakai hitam ya. Celana hitam juga… Terus yang pinguin gimana? Topi pinguin lah. Hitam. Bajunya hitam tapi dikasih perut putih. Siapa yang jahit. Ya pada akhirnya, AKU juga lah lha yang diberi tugas, ternyata tidak bekerja seperti yang diharapkan (sigh)…
  9. Suvenir. Wah. Rencananya bikin mug dengan disain abstrak dari cat kuku. Gagal total. Padahal sudah tinggal seminggu. Dengan cepat, cari disain lain. Dapat ! Maka weekend terakhir sebelum acara, si bapak bikin backdrop yang nantinya diselesaikan para siswa+guru di hari Senin-Selasa, aku bikin kostum yang harus selesai hari Minggu karena Senin-Selasa akan dikembalikan kepada para orangtua sesudah dipakai latihan, dan aku order bahan baku suvenir untuk digarap Senin-Selasa itu juga …. OH EM JI
  10. Aku ingin menayangkan sesuatu di tengah ruang pameran. Maka, bapak usul, televisi ukuran raksasa, dan aku bikin video untuk diputar terus menerus. Orang sambil lewat, bisa nonton. Mau sewa, wuyh, satu juta lebih untuk televisi ukuran 40 inci ke atas. Pinjam aja sama bude di Condet. Done. Lalu, tayangannya gimana? Bikin lah. Pake begadang, pake stres. Akhirnya selesai, di hari Jumat malam. Padahal acaranya hari Minggu.
  11. Kaos. Biasanya kalau acara gini, kita pakai kaos kan ya? Begitu memutuskan mau bikin acara tanggal 27, tanggal 10 sudah harus beres urusan kaos. Pesanan, ukuran, disain. Waduh. Waktunya mepet…. Kelar. Seminggu sebelum acara, kaos datang. Bisa dibagikan. Bisa dikirim ke para pengisi acara. Done.
  12. Tiang backdrop, tadinya pesan, ternyata tidak cocok. Yang dipesan dan sudah dibeli, hanya 3 meter lebarnya. Kurang cocok untuk ruangan yang pada akhirnya kami dapatkan. Jadi, bapak bikin deh, di tukang besi. Lebarnya 6 m. Itu sebabnya, backdrop yang akhirnya dibuat, lebarnya 7 m.
  13. Backdrop, pesan blacu 7 meter. Disainnya, handprints tangan bocah plus orangtua dan guru. Dan di bagian atas, diberi tulisan “Bersama Lebih Baik”… Kenapa tagline-nya itu?  Karena, perjuangan keluarga individu autistik, pada dasarnya memberikan hasil lebih baik bila dapat dilakukan bersama-sama ….dengan sesama orangtua yang anaknya autis juga, atau, dengan orangtua lain yang adalah bagian dari masyarakat. Itu sebabnya aku menggandeng berbagai unsur masyarakat untuk terlibat.
  14. Makanan !  Ini ibaratnya kami mengadakan hajatan. Aku bilang ke orangtua RBT yang biasa membantu pengadaan konsumsi. Aku gak mau sampai orang datang dan kekurangan makanan. Ternyata orangtua ingin ikutan, dan mereka menggalang dana untuk konsumsi. Belum sempurna, tapi pada akhirnya, berkat semangat gotong royong, pengadaan konsumsi berlangsung maksimal..
  15. Siswa RBT selain menari, menyanyi dan baca puisi, harus juga mendapatkan keuntungan dari acara. Mereka yang sudah mampu, sudah remaja-dewasa, dilibatkan dengan membuatkan minuman bagi para tamu, lalu menghidangkannya. Kami buatkan meja F&B khusus RBT, dimana ada dispenser dan semua orang bisa bikin sendiri ataupun mengambil sendiri berbagai hidangan yang disiapkan… beda dengan meja prasmanan lho yaaaaa…
  16. Meja-kursi. Mulanya, pihak gedung, bilang akan menyediakan sekian puluh bla-bla tapi pada akhirnya hanya siapkan 50 kursi dan 4 meja biro. Tidak apa. Dari RBT kami supply aneka meja belajar, kursi belajar dan meja lipat. Pinjaman dari kiri kanan, sangat membantu. Tapi tentu saja, next time, harus lebih baik daripada ini..
  17. Dekorasi ! Alhamdulillah, pada minggu terakhir, dapat ide untuk pakai kain jumputan sebagai taplak di semua meja.. haha… Aku sih sukaaaaa….
  18. Undangan. Seperti yang direncanakan, undangan pertama adalah para orangtua dan keluarga siswa, dan undangan yang penting adalah semua pembeli lukisan ikhsan…. Alhamdulilah.. Mayoritas menyempatkan untuk hadir meramaikan acara…

 

Ampun.

Detilnya.

Terus, acaranya gimana?

Bersama Lebih Baik (4)

To make the story short … jadinya, konsep dibuat begini. Ada pameran lukisan, ada pameran produk untuk menemani meja Rumah Belajar Tata yang isinya adalah produk buatan siswa-siswa RBT. Pameran produk apa? Oh iya, kan ada Arin yang sudah mulai bikin kopi susu dan kue kering. Ada juga Ruben yang punya produk aneka rupa selain lukisan dia. Dia biasanya barengan sama Fairuz yang punya beberapa judul buku. Lalu, apa?

Terus, lucu kali, kalau pakai ada tiup lilin dan potong tumpeng. Tapi gimana ya nyelipin acaranya …. Oh, aku tahu. Bikin line dance aja, yang lagunya happy birthday gitu, terus sesudah happy birthday selesai, ikhsan masuk tiup lilin, dan lanjut dengan potong tumpeng… Abis itu, hiburan. Gak tahu, hiburannya bentuknya apa….

Ya sudah. Dibikin aja deh seperti itu…

…. Lalu, …. tagline nya apa ya?

Di surat ke para Direksi, judulnya RBT Fiesta.

Tapi kalau lihat makna judul Fiesta, harusnya, konsepnya gak seperti itu… Dasarnya perfeksionis, rasanya gak oke kalau tagline gak sejalan dengan apa yang terjadi, kan… #mikir lagi

Maka, tiba-tiba, cring … “Bersama Lebih Baik” muncul …

Diusulkan ke Bapak. Setuju. Sip !

Maka detil mulai digoreng ….. backdrop, kostum acara anak-anak, bahas menu makanan (dimana para orangtua ingin ikutan menyumbang), suvenir, disain kaos, berbagai pernak-pernik di ruangan pameran…

Waduh, detilnya banyak !

 

 

WhatsApp Image 2019-01-11 at 19.25.14

Bersama Lebih Baik (3)

Sesudah menentukan, Minggu 27 Januari 2019, pameran lukisan bersama. Aku mikir lagi.

Kalau ‘hanya’ pameran lukisan, yang datang adalah mereka yang tertarik dengan lukisan itu saja. Lalu bapak bilang “undang semua kolektor lukisan Ikhsan” … semua yang sudah beli. Oh. Oke. Lumayan banyak tuh. Lumayan panjang list-nya.

Tapi tetap. Rasanya kok, persiapan yang (pastinya) heboh melelahkan, hanya dinikmati tiga keluarga… agak self-centered, ya? Ah, keluarga besar RBT dilibatkan, lah…

Maka, mulailah aku merancang.

Satu jam pertama, acara didominasi Rumah Belajar Tata. Anak-anak tampil, orang tua tampil. Guru tampil. Lalu, acara resmi. Pembukaan oleh … eh, oleh siapa? Lalu mentok, deh.

Beberapa hari dan beberapa malam diutak-atik, belum juga selesai pemikirannya … bapak mengajukan pertanyaan “dimana ngadainnya?” …dan mulailah sakit kepala yang sesungguhnya.

TEMPAT.

Untuk memudahkan transportasi dan pelaksanaan, kami cari-cari di sekitar RBT. Rawamangun, Pulo Mas, Kelapa Gading. Dan kami masuk ke Pacuan Kuda Pulo Mas. Yang semenjak di renovasi untuk Asian Games 2018, dikenal dengan nama Jakarta International Equestrian Park. Waduh. Gedungnya keren. Baru. Luas. Maka, mulailah perjuangan mendapatkan kemudahan menggunakannya pada waktu yang diinginkan.

  1. bikin surat permintaan, dengan kop surat ditanda-tangani pak direktur, email ke para petinggi
  2. antar suratnya ke kantor pengelola… yang ternyata belum ada (dzong)… dan kami diarahkan ke perusahaan induknya which is PT PuloMas Jaya (PMJ).
  3. menunggu, mencari tahu, menunggu

Sambil menunggu, libur usai. Rapat hari pertama di RBT which is tanggal 7 Januari,          diisi dengan, “aku kepingin bikin acara”…. dan semua guru pingsan. Haha.. Esoknya,         aku rapat dengan orangtua yang aku tanya, mau terlibat atau enggak….

4.  diberitahu bahwa mereka mendukung, tapi belum bisa kasih kepastian karena                   Direksi kepingin ketemu

5. Akhirnya dipanggil, kami presentasi deh … aku cerita panjang lebar, dan bapak
menggambarkan layout serta berbagai rencana kami … Gak tahunya, salah satu
Direktur, punya 3 individu autistik dalam keluarga besarnya sehingga dia paham
makna autisme serta dampaknya bagi keluarga ..

It’s A GO everybody … jadi nih, bikin acara !

 

Ini lhooooo, tempatnyaaaa….

img20181228102628-e1550147573765.jpg

 

 

Bersama Lebih Baik (2)

Sesudah memutuskan akan melaksanakan acara Pameran Lukisan Ikhsan Priatama pada Minggu 27 Januari 2019, langkah selanjutnya adalah memikirkan konsep acara.

Pameran.
Lukisan.
Sendiri? Tunggal? Atau?
Sendiri, bisa. Lukisan dia, banyak sangat di rumah. Itu yang terkini ya. Produksi 1-2 tahun terakhir. Belum lagi yang di bawah tangga di Rumah Belajar Tata…

WhatsApp Image 2019-01-09 at 06.30.25

Tapi..

Kalau Pameran Tunggal, cuma kami yang akan repot, cuma kami yang akan senang, cuma kami yang akan merasakan manfaatnya. Ah. Kok kayaknya self-centered ya…

Maka, aku kepikiran, teman-teman sesama orangtua anak autistik, yang anaknya juga punya minat-bakat-talenta serupa meski alirannya dan wujudnya beda-beda… Yang pertama aku colek, ya Ani.

Ani Rotty-Martokoesoemo, nama populernya, anaknya dua. Yang bungsu, Ruben Rayhan Rotty, sudah masuk ke dalam duniaku, sejak ia berusia 2 tahun lebih. Pertama jadi klien, tapi sejalan dengan usia, dia sendiri yang bilang ke ibunya “Ibu Ita is my best friend”. Hehe…
Nah, Ruben ini yang langsung teringat untuk dicolek… Apalagi, sempat ada insiden khusus antara aku dengan Ani.

Belok sedikit ya.. Cerita tentang insiden khusus itu…/

Pada suatu hari yang (gak tahu deh, cerah atau enggak sebetulnya) cerah, aku dapat WA dari seseorang yang aku sebetulnya gak kenal. Dia minta dicarikan “anak autis yang bisa melukis”. Tapi, alasannya janggal menurutku. Dia maunya, anak-anak tersebut, dikirim ke rumahnya di Meruya sana, 3 kali, untuk dibimbing melukis. Kalau “dirasakan sudah siap” akan diajak pameran bersama dia dan teman-temannya (yang adalah pelukis serta perupa lulusan Seni Rupa ITB tahun sekian). Lalu dia kirim foto. Anak-anak yang “sekarang sudah mau mewarna, tadinya tidak mau”.

Aku colek Ani, dong. Bahas itu. Meski sebetulnya malez karena ribet, tapi Ani bersedia nomer WA nya diteruskan ke orang tersebut. Dan memang, dihubungi. Dan, memang.. orang itu cuma sibuk bercerita tentang dirinya sendiri, tidak menyempatkan diri untuk tanya tentang Ruben sang pelukis. Lha waktu sama aku pun, gak nanya apa-apa tentang Ikhsan, kok … Lalu Ani bilang “Kalau Ikhsan pameran, aku mau, ikutan”. Tsah…

Yang Ani gak sadar, ucapannya membuat aku jadi tambah kepingin, dong. Sekarang sebetulnya aku juga sudah lupa. Yang mana duluan. Ucapannya Ani, atau, kejadian tsunami. Jadi, entah, yang mana yang menjadi pencetus keinginan ku untuk bikin pameran lukisan ikhsan. Biar gampang, anggap saja, dua-duanya saja lah…

Selain bermaksud mengajak Ruben Rotty, aku juga kepikiran satu lagi teman kami, yaitu Daffa Airotama Kumara. Daffa juga sudah sangat lama kami kenal. Sempat berkegiatan bersama pula di wadah remaja di Cibubur selama beberapa tahun, sebelum Ikhsan ditarik untuk bekerja di Rumah Belajar Tata.

Ok.

 

 

 

Fixed.
Pameran Lukisan bersama. Bertiga.

Terus, apalagi??

Bersama Lebih Baik (1)

Kisahnya bermula di akhir tahun 2018.

Saat itu, aku hanya berdua dengan Ikhsan di rumah. Libur panjang.
Bapak, sedang ‘me time’ naik gunung bersama teman-teman baru dan aku tidak kenal teman-teman barunya itu, dan tidak punya kontak mereka. Sebelum berangkat, bapak sempat berbagi rencana mereka, kemana kapan dan ngapain…

Lalu, semua terjadi bersamaan.

Ada kejadian tsunami di Pandeglang, pantai anyer … sangat dekat dengan kota Jakarta. Sangat familiar karena beberapa kali sempat ke sana.. Pada saat itu, tidak bisa kontak bapak sama sekali … Kami lupa ganti provider kartu SIM di hape bapak makanya gak bisa dihubungi…
Saat itu, berbagai hal berkecamuk dalam diri.

Kesadaran bahwa Allah itu sangat MAHA, berulang muncul dalam benak.  Ya ampun, segala hal bisa terjadi dalam sekejap ya. Ya ampun, segala rencana bisa langsung berantakan ya. Apapun yang kita pikir bisa kita raih atau sudah kita raih, bisa lenyap ya. Dan pada saat itu, aku menatap diri sendiri sambil bertanya, apa yang *belum* aku lakukan untuk sekitar … yang aku ingin lakukan..

Maka ketika akhirnya bapak pulang, aku sampaikan.

Bapak, kita bikin pameran lukisan, yuk. Aku kok merasa harus melakukannya, sebelum ….. (i don’t know … it feels that way) … Aku kok merasa sudah banyak yang memintaku melakukannya untuk dia, tapi aku tidak melakukannya hanya karena ‘malas’ .. Aku kok merasa, kita harus berbuat sesuatu untuk lingkungan ….

Seperti biasa, bapak hanya diam sambil berusaha mencerna. Lalu, bapak menanggapi dengan pertanyaan pertama “mau kapan?” …. dan kami segera berdiskusi.

April?
April is Autism Month. April 2nd is Autism Awareness Day. April 6th is my birthday, it’s going to be my 55th. April 30th is Bapak’s birthday, and he is going to be 59 (oh, em ji)… Tapi, ada ‘pesta’ nasional di bulan April… Kayaknya gak okeh…

Juni?
Juni, ulang tahun Rumah Belajar Tata. Gak bisa. Abis lebaran. Semua orang entah ada dimana.. Tidak mungkin melakukannya tanpa orang lain…

So, January 27th is the best day. Kenapa? Lho, pelukisnya kan lahir tanggal itu. So, the Pameran Lukisan will be on his birthday. His 28th.

Wokeh. Let’s do it.

 

Sibuk.

Sekian lama tidak menulis di blog ini, alasannya klise. Sibuk.
Sibuk melakukan apa?
Banyak.
Mengelola Rumah Belajar Tata, berusaha menjadi ibu dan istri yang baik, menjaga silaturahmi dengan teman / kerabat, mengelola kesehatan dengan mengikuti kegiatan sanggar tari. Merawat mertua yang tinggal di rumah kami sejak Oktober 2016. Menjaga kesehatan mental penjaga yang merawat mertua.
Biarpun sepertinya tugasnya banyak, sehari-hari, semua tertangani dengan keterampilan mengatur waktu, tenaga, dan mengelola pikiran. Alhamdulillah, bisa tinggal tidak jauh dari tempat berkegiatan. Hemat waktu, hemat tenaga, hemat pikiran … dan emosi terjaga stabil.

Yang menarik, sibuk atau tidak, sebetulnya kita yang atur.
Bagaimana mengisi hari pun, kita yang atur…
Bahkan ketika kita jadi pegawai kantor yang ‘rasanya’ terikat oleh jam kerja pun, sebetulnya, kita tetap punya pilihan bagaimana mengatur hari … Apalagi bila kita kerja sendiri, kerja di tempat yang fleksibel, kerja berdasarkan proyek …

Sehari-hari, aku ingin belajar dari lingkungan, bagaimana bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Maka aku sering mengamati orang lain di sekitar.
Ada beberapa yang ingin aku ikuti.
Bagaimana menjalani hari-hari dengan bijak, tidak menguras energi sehingga mengancam kesehatan, tetapi tetap memberikan manfaat bagi lingkungan.
Bagaimana tetap produktif tetapi tetap bisa menikmati berkat Allah swt.

Ternyata semua kembali ke kita, kok.
Maunya apa sehari-hari.
Nah.
Itu….

Lama …

Sudah lama tidak menulis di blog ini.
Iya. Terakhir, tahun 2017.

Tapi ya tidak terlalu lama juga kalau dibandingkan dengan lamanya pembangunan sebuah jalan layang, misalnya.

Iya.
Lama itu, sangat relatif dan subyektif. Ada yang bilang, perjalanan ke Blok M dari Rawamangun kalau naik biskota, lama. Lebih cepat kalau naik mobil pribadi, atau naik Trans Jakarta.
Ada juga yang bilang, lama banget kalau nungguin rambut tumbuh panjang ya. Apalagi kalau mau jadi mencapai bagian bawah punggung…

Ahay.. pembahasan tidak penting.
Yang penting, mari menulis !

Peduli. Kepedulian.

Kata-kata yang abstrak. Batasannya pun, abstrak.

Bagaimana mengajarkan individu untuk peduli, dan memiliki kepedulian?

SULIT.

Mungkin, dengan terus menerus mengingatkan untuk “memikirkan kepentingan orang banyak”. Misal, ketika akan makan malam. Mengajak anak membantu menyiapkan nasi untuk satu keluarga, lauk untuk satu keluarga, peralatan makan untuk satu keluarga. Mengajak anak berpikir, bagaimana caranya membuat lauk yang tinggal beberapa potong, cukup untuk banyak orang dalam keluarga. Mengajak anak untuk berpikir, bagaimana caranya mengatur penggunaan satu mobil, untuk papah-mamah-kakak- adik dan entah siapa lagi.

Beberapa kejadian di sekitar akhir-akhir ini, membuat aku tersadar bahwa banyak sekali orang yang umurnya sudah banyak, tidak juga beranjak makin peduli lingkungan. Makin ke dalam, justru. Makin memikirkan kepentingan diri sendiri. AKU-nya makin muncul. AKU gak suka, AKU gak bisa, AKU kan harus pergi pas tanggal itu, dan sejuta AKU lainnya… AKU mau itu !

Hal yang sangat mengganggu dan merugikan.

Lalu, bagaimana?

Ah, aku akan fokus pada anak-anak dan siswa-siswa ku. Mereka akan aku ajari untuk memikirkan kepentingan orang banyak. Bertindak langsung menjaga kebersihan dan kepentingan orang banyak. Tidak boleh mementingkan diri sendiri. Tidak boleh menuntut ini atau itu. Harus peduli sekitar.

Yang sudah dewasa, itu, bagaimana?

Ih. Terserah aja. Balik badan, lebih nyaman buat aku. Hehe….